Design by Islamic Study Club
Sebuah Perbedaan
"Jangan pernah membedakan seseorang dari segi apapun karena manusia diciptakan untuk
hidup bersama dengan perbedaan masing-masing"
Anggelina Vebrianty Bagaskara
Seorang gadis 14 tahun berketurunan China memiliki banyak bakat, pintar, baik hati, dan
cantik. Ia adalah cucu perempuan satu-satunya dari seorang pengusaha ulung dan orang tuanya
seorang pengusaha sukses juga. Walaupun ia terlahir dari keluarga yang kaya, ia tidak pernah
sombong. Ia memiliki sifat yang baik, sehingga ia memiliki banyak teman.
Namun, ketika ia naik kelas 9 tiba-tiba perilakunya beruba. Seperti yang sebelumnya ia adalah
gadis ceria tiba-tiba menjadi gadis yang pendiam, dan cuek. Kakek neneknya merasa cemas
karena sifat cucunya tiba-tiba berubah. "Lina, kenapa perilkumu tiba-tiba berubah?" Nenek. "Ya,
yang kami tau kau adalah gadis yang ceria. Tapi kenapa kau sekarang berubah apakah ada
yang salah?" Kakek. Lina tidak menjawab ia hanya menghela nafas.
Lina ingin menceritakan sesuatu namun ia tidak berani untuk mengatakannya, karena ia takut
kakek neneknya akan marah. Kakek neneknya sangat cemas karena setelah perilaku Lina
berubah, ia tidak punya nafsu makan bahkan pernah sekali ia tidak makan dari pagi hingga
malam. Karena cemas neneknya menelepon bundanya yang berada diluar kota untuk mengetahui
kondisi Lina yang tiba-tiba beruba. "Lina kamu kenapa nak, kenapa kamu tiba-tiba menjadi
seperti ini?" Bunda. Lina hanya menunduk tanpa mengatakan sepatah katapun ia hanya
menjawab singkat "Aku baik baik saja dan kalian tidak perlu cemas."
Karena tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan, bundanya pergi ke sekolah Lina untuk
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Setelah bertanya kepada guru bimbingan konseling, Lina tidak memiliki masalah selama masih di sekolah. Ia adalah anak yang baik hati, pintar,
bahkan menjadi kebanggaan sekolah. Namun hati bundanya Lina tetap tidak tenang. Ia khawatir
anaknya menjadi salah satu korban bullying di sekolah. Akhirnya sang bunda memutuskan untuk
bertanya kepada semua teman-teman anaknya apakah anaknya menjadi salah satu korban
bullying. Teman-teman anaknya bilang ia tidak pernah di-bully.
Karena sang bunda tidak mau melihat putrinya berubah, ia akhirnya menelepon suaminya
untuk pulang dan menyelesaikan masalah yang terjadi pada putri mereka. "Ayah, bisakah kau
pulang sekarang, ada yang salah dengan anakmu." Bunda. "Apa yang salah, apakah dia
membuat sebuah kesalahan dis sekola?" Ayah. "Kita bicarakan nanti setelah kau di rumah."
Bunda. Setelah ayahnya Lina pulang, ia bertanya kepada putrinya, "Ada apa denganmu Lina,
ayah dengar perilakumu berubah, apakah kau membuat kesalahan?" Ayah. Sekali lagi Lina tidak
menjawab ia hanya menunduk dan menghela nafas. "Lina, ayahmu sedang bertanya ayok
jawablah." Nenek. "Jika kau punya sebuah masalah jangan disimpan sendir." Kakek,bunda
mengangguk setuju.
Karena tidak mendapatkan jawaban dari sang putri tunggal, ayah mulai menaikkan intonasi
suaranya. "Lina, ayah sedang bicara denganmu! Dan ayah berada dihadapamu bukan di bawah
lantai. Jadi, tegakkan kepalamu dan jawab pertanyaan ayah" Ayah. Lina terkejut karena tibatiba ayahnya menaikkan intonasi suaranya. Lina tiba-tiba menjadi gemetaran. "Apa yang kau
lakukan. Dengar ya aku tidak akan sudi melihat cucuku dibentak!" Kakek. "Jangan membentak
Lina, kasian dia " Bunda. Nenek setuju.
"Hiks.." tiba-tiba Lina menangis. Mereka terkejut melihat Lina menangis. "Jangan menangis,
Nak. Tidak apa-apa bunda disini." Bunda. Bunda memeluk Lina yang masih menangis. "Cup
cup tidak apa-apa.". Nenek datang dari dalur membawakan segelas air putih hangat. "Ini minum
dulu Lin." Nenek. Ayah Lina merasa bahwa ia telah terlalu keras ketika ia berbicara. "Lina ayah
minta maaf, ayah tidak bermaksud membentak mu tadi, maafkan ayah." Intonasi nada ayah
sedikit lemah, seperti sebuah penyesalan. "Jangan pernah membetaknya lagi. Jika aku tau kau
membentak cucuku lagi, kau akan tau akibatnya." Kakek.
Setelah Lina sudah lega dan tidak gemetaran lagi, mereka muali bertanya kembali kenapa
perilakunya berubah. "Jika kau memiliki sebuah masalah jangan pernah memendamnya sendiri,
karena itu akan membuatmu menjadi gelisah." Bunda. "Ya, yang dikatakan bundamu benar Lin,
jika ada maslah ceritakanlah kepada seseorang yang kau percayai." Nenek. "Ayok Lin,
ceritakan kenapa perilkumu berubah." Kakek. Lina masih merasa ragu. Karena ia takut ketika ia
bercerita mereka akan marah kepadanya.
"Jangan pernah takut untuk bercerita atau bertanya karena jika kau takut, kau akan
tersesat dijalan." Ayah. Akhirnya karena perkataan meraka dan dorongan dari mereka, Lina
akhirnya mau menceritakan apa yang selama ini ia pendam sendiri. Ia menceritakan apa yang
selama ini ia sampaikan kepada mereka. Ternyata selama ini Lina ingin menjadi seorang mualaf,
tetapi ia tidak berani menyatakannya. Mereka semua terdiam dan terkejut. "Apakah kau
bercanda Lina?" Kakek. "Aku tidak bercanda kakek" Lina. "Apa yang membuatmu ingin masuk
Islam Lin?" Nenek. Mereka menunggu alasan lina ingin menjadi mualaf. "Aku ingin mengikuti
bunda. Karena setelah aku mempelajari tentang Islam,aku berpikir bahwa kehidupan orang
Islam selalu bahagia. Dan juga dengan kitab suci umat Islam yang menarik yaitu bertuliskan
bahasa Arab, itulah yang membutku ingin mempelajari Islam. Eh tidak-tidak hanya
mempelajarinya saja aku juga ingin menjadi seorang muslim." Lina berkata panjang lebar dalam
satu tarikan nafas.
Mereka terkejut terutama bundanya. Mereka terkejut ternyata selama ini Lina menjadi pendiam
karena hanya ingin menjadi seorang mualaf. "Jika kakek nenek tidak mengijinkan aku masuk
Islam, aku rela tidak dianggap menjadi cucu kalian lagi" Lina berkata dengan tegas. Tiba-tiba
kakek tertawa "Hahahaha ternyata hanya kau ingin menjadi seorang mualaf kau berubah."
"Dengar ya Lina, kakek tidak akan melaranmu melakukan apapun yang kau mau, jika
selama itu adalah hal yang baik bahkan jika kau ingin mengikuti bundam, kakek tidak akan
melarang." Kakek tersenyum. Nenek juga tersenyum "Tidak maslah jika kau mau mengikuti siapapun karena itu adalah hak mu Lina. Yang bisa nenek lakukan hanyalah mendukungmu.
Nenek berharap kau menjadi anak yang berbakti kepada nusa bangsa dan orang tua. Dan
menjadi anak yang rajin beribadah kepada yang maha esa."
Lina tersenyum dan akhirnya Lina menjadi seorang mualaf dan mengikuti agama sang bunda
walaupun ayah dan kakek neneknya beragama non. Namun Lina diajarkan agar tetap menghargai
orang lain yang berbeda agama. Walaupun Lina sudah menjadi seorang muslim bukan berarti
keluarga mereka akan hancur, namun sebaliknya keluarga mereka tetap menjalankan
silahturahmi walaupun berbeda keyakinan.
___________________________________________________
BIODATA PENULIS
Nama Anggita Kurniasari. Saya lahir di Kebumen, 18 Juni 2007. Sekarang saya sedang belajar di
Madrasah Aliyah Negeri 4 Kebumen. Semoga dengan ajang perlombaan ini saya lebih bisa
belajar banyak dalam menulis cerita pendek.
0 Komentar