BERSYUKUR NOT INSECURE

Juara 2 Lomba Menulis CERPEN -Oleh Dwi Zulfa Novita Sari

Design by Islamic Study Club

BERSYUKUR NOT INSECURE

Manusia kadang lupa caranya bersyukur atas apa yang Tuhan berikan. Mereka berfikir bahwa Tuhan
itu tidak adil. Mereka kadang lebih memikirkan bagaimana caranya bahagia tanpa proses. Padahal,
yang namanya bahagia itu butuh proses. Seperti yang di alami gadis berumur 15 tahun ini, dia selalu
saja mengeluh atas apa yang telah Tuhan berikan. Di saat dia mulai menerima keadaan, adapula
rintangan yang menghadang.

“Aku suka kakak! A-aku suka kak Ares dari kelas sepuluh..” tuturunya sambil menunduk, tidak berani
mengangkat kepala. Sedangkan orang di hadapannya mengangkat alis bingung, kemudian terbesit pikiran licik.

“Oh ya? Kenapa baru bilang? Aku kan jadi gatau.” Ucapnya sembari tersenyum tipis. Aluna yang dari
tadi menunduk mulai mengangkat kepala nya, menatap kakak tingkat nya itu. Mulutnya tak bisa
mengeluarkan kata-kata.

“Kamu takut kalo aku bakal ngetawain kamu? Aku ga bakal ngelakuin itu Lun. Jujur aku juga suka
sama kamu.” Ucapnya lalu menggenggam tanganku dan menatapku. Aku yang tidak tau harus
berbuat apa hanya diam, jantungku terasa berdetak seribu kali lipat. Apa ini mimpi? Aku halu lagi
ya? Ya Tuhan aku ga sanggup, ini ga baik buat kesehatan jantungkuu aaarghh..

“So, will you be mine sweety?” Ucap kak Ares menatapku lekat. Kak! Jangan tatap aku kaya gitu!
Nanti aku pingsan mana kuat kamu gendong aku. Batinku menjerit.

“Kak Ares bercanda ya? Hahaa, m-masa iya kakak suka sama aku. Aku gendut kak, item, dekil lagi..”
ucapku sambil menunduk. Hal tak terduga yang aku bayangkan, kak Ares mengangkat dagu ku untuk
menatap nya, aduhh jantungkuuu.

“Siapa bilang hm? Kamu cantik dengan versi nya sendiri. Aku suka kamu apa adanya kok! Jadi, mau
kan jadi pacarku?” Dia berucap sembari mengelus pipiku. Aku yang mendengar ucapannya itu,
merasa ada ribuan kupu-kupu di perutku. Salting brutal nihh!

Aku menganggukkan kepala ku, dan ya, kami berdua menjalin hubungan. Astaga mimpi apa aku
semalam, bisa pacaran dengan cowok populer di sekolahku. Pasti banyak sekali perempuan yang
ingin berada di posisiku, tapi akulah yang menang.

 Walaupun kadang aku masih merasa insecure di
samping nya. Hey! Siapa yang tidak merasa insecure bisa berdampingan di sebelah cowok cakep bak
Kim Taehyung ini?! Apalagi aku ini tidak secantik perempuan perempuan lain. Insecure parah
bestiee. Tapi untungnya kak Ares selalu berusaha membuat ku merasa percaya diri, mulai dari dirinya yang selalu memberi semangat, atau sekedar berkata manis bahwa diriku itu cantik. Hehehe
aku kan tambah baper.

Oh iya, aku sampai lupa belum memberi tahu temanku, lebih tepatnya teman satu-satuku. Namanya Haikal, dia temenku dari aku masih SD. Dia yang tau banyak tentang hidupku, apa makanan
kesukaanku, warna kesukaanku, bahkan kebiasaan kebiasaan ku. Dia itu bukan teman lagi, sudah ku
anggap dia itu kakak ku. Sore ini aku berencana untuk datang ke rumahnya. Aku akan membuat
kejutan untuknya.

Ku ketuk pintu rumah nya, dan muncullah wanita paruh baya yang nampak masih muda, bunda
Alies. Kalian tauu, bunda Alies itu blasteran tauu, kakek nya Haikal itu orang Aussie, keren sekali kan.
Tak salah jika Haikal ini juga ada keturunan bule. Ahahah, sudah sudah balik ke topik lagi. Bunda
menyambut ku dengan suka cita, kita berpelukan dan bunda mengajakku ke dalam.

“Bun, Ikal lagi apa? Aku mau kasih tau sesuatu ke dia hehe.” Ikal memang panggilan ku ke Haikal,
sebut saja panggilan sayang, hehe. Setelah bunda bilang Haikal ada di kamarnya, bunda menyuruh
ku untuk pergi ke kamar nya saja. Aku lihat Haikal yang sedang duduk di kasur nya dengan
menggenggam hp yang di miringkan. Hadehh, pasti sedang main game.

“Ikalll! Game terus. Aku dateng aja kamu nggak ngeh.” Ucapku menatap Ikal tajam. Aku mendengus
kala melihat Haikal hanya berdehem pelan. Memang kebiasaannya kalau sedang bermain game pasti
tidak perduli sekitar. “HAIKAL IH! AKU NGOMONG SAMA KAMU TAU. Tadinya aku mau kasih kabar
gembira, tapi kamu nya cuekin aku, gajadi deh.” Ucapku menatap kesal ke arah Haikal. Ku lihat
Haikal mulai mematikan hp nya dan menatapku.

“Apasih ndut, iya iya Ikal minta maaf. Kabar baik apa emang? Tumben amat kesini bawa kabar baik,
biasanya ke sini nangis nangis cuman mau ngadu abis di bully temen sekolah.” Ucap Haikal bercanda.

Aluna yang mendengar itu memutar bola matanya malas. Dia terlalu malas menanggapi Haikal
karena tidak mau membuat suasana hatinya memburuk. 

“Ck, aku lagi nggak mau ribut deh, jangan buat kesel. Aku punya pacar tau!” Ucap Aluna dengan
semangat. Haikal yang mendengar itu mengeluarkan gelak tawa. Apa katanya? Pacar? Aluna tidak sedang halusinasi kan?

“Bwahahahahah, kamu kalo mau bercanda ya yang agak masuk akal lah Luu, kamu? Pacaran? Sama
siapa?” Tanya Haikal masih dengan gelak tawanya. Aluna semakin merasa jengkel dengan Haikal,
bisa bisa nya di ngetawain sahabat nya ini. “Hadehh ya beneran lah, mau tau apa mau tau banget nih
siapa pacar aku?” Jawab Alu memasang wajah jahil nya.

“Tinggal bilang elah apa susah nya, siapa sih?” Haikal semakin penasaran kala Alu melihat wajah Alu yang menurutnya sedang mengejek nya itu.

 “Sama kak Ares hehe.” Mendengar jawaban Aluna, 
Haikal hampir tersedak ludahnya sendiri.
 
“HAH?! ARES?! ARES KELAS 12 MIPA 4 ITU?!?! Kamu nggak lagi bercanda kan Lu? Kamu lagi nggak 
halu kan?” Haikal jelas kaget, karna dia tau Ares itu terkenal suka mempermainkan hati cewe. 

Apalagi dengan Aluna, ya Tuhan, Haikal tidak bisa membayangkan jika sampai Ares hanya bermain￾main dengan Aluna.

“Ishh iyaa, gausah teriak-teriak ihh. Aku seneng bangettt, berasa mimpi tau gak.” Ucapnya 
bersemangat. Haikal masih terdiam dengan seribu pikiran yang ada di otaknya. Ia mengkhawatirkan 
sahabat nya itu. “Kamu yakin Lu? Ga rasa ada yang aneh gitu?” Jujur saja hati Haikal tidak tenang 
rasanya. “Awalnya aku juga kaget pas confees terus di terima sama dia, karena ya aku sadar diri, aku 
ga cocok sama dia, tapi dia yakinin aku nggak boleh insecure.” Ceritanya penuh binar.

•••

Hari-hari Aluna jalani dengan penuh warna, cielah penuh warna gak tuh! Karna apa? Ya karna ada 
ayang lah heheheh. Aluna lebih sering menghabiskan waktu dengan kekasihnya, Ares.

 Berbagai respon dari teman-teman sekolah nya tentu berbeda beda. Beberapa orang nampak terkejut mendengar berita bahwa anak terpopuler berpacaran dengan Aluna di gadis gemuk. Yahh begitulah. 

Ares yang mengerti Aluna merasa tidak nyaman pun menenangkan nya dengan kata-kata. “Kamu 
nggak perlu khawatir, nggak usah peduli apa yang mereka omongin oke?” Begitulah katanya.

“Haii!” Sapa seseorang dari arah belakang. Mereka sedang di kantin dan menikmati makan siang. 

“Oh Debi, sini duduk bareng.” Seru Aluna. Debi yang mendengar itu melebarkan senyumnya dan segera duduk di samping Aluna, ia dan Ares sempat berkontak mata, namun segera di putuskan oleh 
Desi. “Cie yang udah jadian.” Godanya main-main.

 Aluna yang mendengar itu hanya tersenyum 
malu-malu, sedangkan Ares hanya merespon dengan senyuman tipis. Debi ini adalah salah satu 
teman perempuannya yang paling dekat. Ia juga yang memberi saran kepada Alu untuk memberanikan diri mengungkapkan perasaannya. 

“Apaan sih, Debi kamu mau makan apa? Biar aku pesenin.” Ucap Aluna mengganti topik. Debi 
terkekeh pelan. “Nggak usah, kamu sini aja sama ‘pacarmu itu’ biar aku pesen sendiri aja.” Ucap 
Debi. Debi segera melangkah menuju tempat pemesanan. Ares berdiri dari duduknya dan melangkah pergi, sebelum nya, Aluna lebih dulu mencekal pergelangan tangan Ares. “Kakak mau kemana?” Tanyanya. Ares menatap tangannya yang di genggam oleh Aluna. “Aku mau pesen kopi, ini udah abis.” Jawab Ares sembari menunjuk gelas kopi yang sudah kosong. Aluna yang melihat itu 
melepaskan genggaman tangannya dan membiarkan Ares memesan kopi. Berjalan menuju mbah Trisna, penjaga kantin itu. Melihat Debi yang masih setia menunggu pesanannya. Mendekat kearahnya lalu membisikkan sesuatu. “Aktingmu bagus juga ya... Sayang...”

•••

Sudah sebulan lamanya Aluna dan Ares menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Akhir-akhir ini
hubungannya dan Ares bisa di bilang sedang tidak baik-baik saja. Entahlah, Aluna sendiri bingung.

Akhir-akhir ini juga Ares susah sekali di hubungi. Jika di Whatsapp pasti hanya membalas ‘aku lagi
sibuk’ atau ‘aku mau anter mama ke rumah nenek’. Aluna sudah mencoba untuk berfikir positif,
namun saat ia dan ibunya pergi membeli barang di mall, ia melihat siluet orang yang sepertinya ia
kenal. Ares, tapi dia tidak yakin kalau itu Ares, karna menggunakan hoodie dan itu cukup sulit untuk
di tebak. Lebih kagetnya lagi ia berjalan bergandengan tangan dengan perempuan. Tapi Aluna masih berfikir positif untuk itu.

Pagi harinya pun, masih belum ada tanda-tanda Ares menghubungi nya. Terpaksa dia harus
berangkat bersama dengan Haikal hari ini. Di saat ia melihat ke parkiran, dia melihat kearah motor
yang baru saja masuk ke pekarangan sekolah, itu, motor Ares, bersama Debi?

Sebelum Aluna melangkah untuk menghampiri mereka berdua, bel masuk lebih dulu berbunyi.
Membuatkan Aluna harus segera memasuki kelas, karena guru piket selalu standby untuk
menghukum murid-murid yang masih berkeliaran di luar kelas.

Pembelajaran pun di mulai, semua anak memperhatikan guru yang mengajak kecuali Aluna.
Pikirannya masih berkeliaran di mana-mana. Memikirkan kejadian di parkiran tadi, sangat janggal,
pikir Aluna. Sampai tiba waktunya istirahat, Aluna keluar dari kelas menuju kantin. Suasana kantin
yang ricuh akan suara anak-anak murid yang sedang mengantri menjadi ciri khas. Sama halnya
dengan Aluna, ia pun ikut mengantri untuk mendapatkan makan siang. Setelah mendapat
makanannya, ia memilih kursi kosong di sekitar, setelah mendapatkannya, ia segera mendudukkan
dirinya lalu menyantap makan siangnya itu.

Saat mengedarkan pandangannya, tak sengaja matanya menangkap Ares sedang makan bersama
dengan Debi, duduk berdua sembari suap-suapan?. Matanya menyipit guna memperjelas
penglihatannya. Benar, tidak salah lagi, itu mereka berdua. Tak memperdulikan makanan nya, ia
berdiri dari duduknya, berjalan menghampiri mereka.

 Setelah sampai, ia berdiri di depan ke duanya.
“Kak Ares.” Panggil Aluna menatap Ares lekat. Yang di tatap hanya melirik lalu mengangkat satu
alisnya. “Apa?” Jawabnya datar. Aluna yang melihat perubahan sikap Ares yang sangat drastis
merasa ada yang aneh, ‘Kak Ares kenapa ya? Kok sikapnya cuek ke aku?

“Kakak tadi berangkat sama Debi ya? Aku liat di parkiran tadi.” Tanya Aluna masih dengan pikiran 
yang positif. “Nggak, gue berangkat sama pacar. Kenapa emang?” Jawab Ares tanpa beban. Aluna 
yang mendengar jawaban Ares mengerutkan keningnya bingung. “Tapi aku nggak berangkat sama kakak, aku berangkat sama Ikal tadi.” Jawab Aluna. Debi yang mendengar itu terkekeh. “Dia bilang sama pacarnya kan? Ya yang berangkat sama dia tadi pagi itu ya pacarnya lah, gimana sih!” Aluna 
masih mencerna apa yang baru saja Debi katakan. 

“Maksudny-“ belum sempat Aluna selesai berbicara, ucapannya sudah dipotong oleh Debi. “Iya. Gue 
yang tadi pagi berangkat sama Ares. Udah paham sekarang?” Menyeringai puas ke arah Aluna, Debi 
mendekat ke arah Aluna. “Jadi pacarnya yang mana nih? Gue atau Lo sih?” Ucap Debi sembari 
mengangkat dagu Aluna. 

“Ya jelas kamu lah, ngapain aku sama si gendut itu sih? Orang yang cantik aja banyak ngapain aku 
mau sama modelan kaya dia.” Sudah tau pasti siapa yang menjawab kan? Ya, itu Ares. Tanpa memikirkan perasaan Aluna, mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Menertawakan Aluna yang masih terdiam seribu bahasa. Matanya memanas mendengar apa yang Ares ucapkan. Para murid yang tadinya tenang memakan makanan nya, mulai berbisik bisik. Merasa iba kepada Aluna. 

“Denger ini baik-baik. Gue terima lo, karena dare dari temen. Jadi jangan ngarep deh ya! Lagian siapa 
sih yang mau sama cewek modelan kaya lo ini! Hahaha” Gugur sudah, air mata yang sendari tadi 
Luna tahan akhirnya meluncurkan dari pelupuk mata, mengalir melalu pipi hingga jatuh ke tanah. 
Kepercayaan yang sudah ia bangun dengan susahnya, telah runtuh begitu mendengar orang terkasih berkata sedemikian. Hancur... sudah hancur.

‘Kamu suka Ares kan?’ ucap Debi mengintrogasi Aluna. 

‘K-kata siapa? Nggak kok.” Jawabnya gugup. 

‘Ah aku tau kok, ngaku aja deh.’

‘Kenapa kamu nggak coba bilang aja kalo kamu suka dia?’ lanjut Debi.

Aluna yang mendengar itu merasa bingung, ia ragu. 
‘Kamu yakin? Aku takut kalo kak Ares benci sama aku kalo tau aku suka sama dia.’ Ucapnya lirih. 

‘Enggak lah. Kamu bilang aja ke dia, dia itu orang nya nggak kaya gitu kok. Pasti respon nya bagus.’
Ucap Debi dengan seringai kecil nya.

Tanpa di ketahui, dari arah belakang nampak sesosok laki-laki berjalan cepat dengan di penuhi
amarah di matanya. Tangan nya menggenggam sampai kuku-kuku di tangannya memutih. Berjalan
cepat dengan tatapan penuh amarah menuju Ares. Menarik tangan laki-laki itu lalu segera memberi
bogeman tak main-main kepada Ares. Semua orang nampak terkejut melihat aksi tak main-main
yang Haikal berikan. Ya, itu Haikal. Tak terkecuali Aluna yang nampak membeku melihat itu. Ia
dengan segera menahan tubuh Haikal untuk tidak melakukan hal itu lagi.

“Ikal udah! Ikal! Jangan di terusin nanti kalo kak Ares pingsan gimana!” Paniknya dengan air mata
yang sudah bercucuran di wajahnya. Haikal menurut, beralih menatap Aluna tajam. Menarik pergelangan tangannya kasar dan membawa pergi Aluna dari kantin. Ares melihat pemandangan itu hanya diam, mengusap bibirnya yang terasa perih akibat pukulan tak main-main dari Haikal.

Beralih kepada kedua sahabat ini, mereka sekarang tengah berdiam diaman di taman belakang
sekolah, dengan hening melanda keduanya, hanya ada suara isak tangis Aluna.

Hiks hiks hiks...

Haikal hanya diam, bukan berarti tidak perduli. Ia hanya ingin memberi kesempatan pada Aluna
untuk menangis. Setelah kurang lebih 15 menit Aluna menangis, Haikal menatapnya dengan tatapan melembut. Menghela nafas panjang.
“Udah nangisnya?” Tanya Haikal pelan. Aluna yang masih sesenggukan mengangguk sambil
mengelap pipinya yang basah. Lagi-lagi Haikal menghela nafas berat. Lelah sekali mengurusi
sahabatnya yang satu ini. “Aku masih nggak nyangka ternyata kak Ares cuman jadiin aku dare.”

 Kata pertama yang ia ucapkan. “Aku udah percaya sama dia, tapi dia hancurin kepercayaan aku.”
“Kan waktu itu aku udah bilang, jangan percaya gitu aja sama dia. Lagian bukannya Debi itu temen
kamu? Kok dia gitu?” Tanya Haikal heran.

“W-waktu itu dia bilang suruh aku confees aja ke kak Ares hiks. Dia bilang respon kak Ares bakal
baik, emang iya baik tapi akhirnya kaya gini.” Ucapnya sendu. Lagi dan lagi Haikal menghela nafas nya berat.

“Aku tau ini emang berat, mau aku bantu buat dia nyesel?” 

•••

Minggu pagi yang cerah ini, Aluna sudah bangun. Ia akan menjalankan misi untuk membuat Ares
menyesal, ya tidak semua semata-mata karna untuk Ares menyesal. Karena Aluna juga mau untuk
mulai merawat diri. Iya, kemarin Haikal berniat untuk membantu Aluna, seperti yang sekarang mereka berdua lakukan. Mereka sedang berada di alun-alun kota untuk melakukan jogging pagi.

Satu putaran, dua putaran, tiga putar￾Huh huh huh
Di putaran ke tiga, Aluna sudah merasakan penat. Haikal yang melihat itu berbalik dan menghampiri
Aluna. Memberikan sebotol air mineral kepadanya. “Baru juga tiga putaran kamu udah berhenti."

Ejek Haikal. Aluna yang mendengar itu menendang pinggang Haikal main-main. “Aku kan jarang lari,
jadi ya gini. Lagian badan kamu kan kecil.” Ucapnya membela diri.

Selama berbulan-bulan, Aluna benar-benar mengontrol makanan nya, juga ia rutin sebelum
berangkat sekolah membiasakan diri untuk bangun lebih awal dan melakukan jogging. Tak lupa
dengan pengawasan sahabatnya itu, Haikal.

 Memang tidak mudah, tapi Aluna bertekad keras.
Seperti yang ia tahu, usaha tidak akan mengkhianati hasil. Walaupun rintangn dan tantangan yang di
hadapi Aluna tidaklah mudah, namun ia pantang untuk menyerah. Dengan di sertai doa pula Aluna
selalu berusaha.

Begitu kerasnya ia berusaha, sampai sampai waktu itu Aluna jatuh sakit di karenakan kurang
mengonsumsi makan hingga membuat maag nya kambuh. Haikal sempat khawatir tentang
kesehatan Aluna, ia juga sudah memperingati Aluna untuk jangan terlalu keras berusaha. Namun
Aluna menyangkalnya dan berjanji konsisten. Haikal yang tidak bisa melakukan apapun hanya
mendoakan semoga Aluna baik baik saja.

Dengan tekatnya yang kuat, Aluna benar-benar menepati ucapannya. Dia berhasil. Berhasil
melakukan misi nya untuk merawat diri dan... Ekhem membuat Ares menyesal. Menurunkan berat
badan bukanlah suatu hal yang mudah untuk di kerjakan. Sungguh, bagai menerima emas, Aluna
bersyukur sangat karena bisa melewati semua ini.

Pagi harinya, seperti biasa, Aluna berangkat dengan Haikal. Setelah sampai di pekarangan sekolah,
keduanya segera turun dari atas motor dan menuju ke kelas masing-masing. 

“Gilaa, setelah habis berapa bulan lo beneran diet? Keren sih kata gua.” Ucap Sindy, salah satu teman Aluna di kelas. Aluna yang mendengar hanya merespon dengan senyuman. Pelajaran pun di
mulai, semua siswa siswi mendengarkan materi yang di jelaskan guru di depan.

Bel istirahat berbunyi, semua siswa berlaku lalang keluar kelas untuk menuju kantin, tak terkecuali
Aluna. Aluna segera beranjak menuju kantin untuk mengisi perutnya. Saat di kantin pun, Aluna
menjadi pembicaraan hangat. Memang bentuk tubuhnya tidak segempal dulu, namun ya, sudah
lumayan berkurang berat badannya.
Memesan makan siangnya, lalu duduk di meja kosong di pojok. Saat sedang menunggu makanannya datang, tiba-tiba mejanya di gebrak oleh perempuan yng tak lain dan tak bukan Debi.

Brak!

Aluna tentu terkejut, mendongak menatap ke arah Debi. Menaikkan satu alisnya menatap Debi
bingung. “Kenapa Deb?” Tanya Aluna pelan.

 Memang sejak saat kejadian beberapa bulan itu, Debi mulai terang-terangan menjauhi bahkan terlihat memusuhi Aluna.

“Mulai ngerawat diri nih ceritanya?” Tanya Debi sembari terkekeh pelan. Aluna hanya diam tak mau
menanggapi ‘teman’ nya itu. Debi yang merasa tidak mendapatkan respon merasa di rendahkan dan
menatap Aluna sengit. “Gue ngomong sama lo ya! Sok banget lo!” Bentak Debi dengan nada kesal.

“Mau kamu tuh sebenernya apa sih Deb? Aku udah diem kamu ya waktu kamu permalukan aku di
depan mereka-mereka dulu. Tapi nggak untuk sekarang. Udah cukup kamu dan pacarmu itu
permalukan aku. Sekarang, di sini, kamu mau lakuin itu lagi? Nggak! Udah cukup semuanya. Aku juga
nggak perduli lagi sama kak Ares, udah cukup ya semua rasa sakit yang kalian beri ke aku.”
Ungkapnya panjang lebar dengan menekankan kata pacar.

Debi yang mendengar itu merasa sekarang diri nya yang di permalukan. Bagaimana tidak, semua
pengunjung kantin menatap ke arah nya dan Aluna. Bukan apa-apa, banyak yang menatap ke
arahnya dengan pandangan sengit.

“Si Debi gatau malu kali ya? Apaan banget dia kaya gitu, sok keren.”

“Berasa keren kali ya di Debi.”

“Kasian Aluna, padahal dia nggak salah apa-apa. Debi juga itu ngapain si kaya gitu, gajelas bangett.” 

Begitulah ucapan beberapa siswa-siswi yang ada di kantin.

Debi yang merasa terpojokkan menggeram kesal. Berlalu dari sana dengan perasaan kesal nya. Aluna
hanya menghela nafas panjang. Sekali lagi dirinya hampir di permalukan oleh teman dulu nya itu.
Seperti hari-hari biasanya. Aluna selalu rutin untuk berolahraga pagi. Mulai dari jogging dan
stretching. Selalu mengontrol makanan, dengan mengurangi makanan berlemak dan lebih sering
mengonsumsi buah dan sayur.

Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Tak terasa sudah setahun berjalan. Kini SMA Satria tengah
mengadakan acara pesta perayaan ulang tahun sekolah tercinta. Sekolah mengundang alumni￾alumni yang telah lulus, tak lupa siswa-siswi kelas 10, 11 dan 12. Tampak seorang gadis cantik
berjalan dengan anggun nya, tak lupa sahabat nya itu, berjalan beriringan memasuki arena pesta.
Keduanya menjadi pusat perhatian karena menurutnya mereka berdua sangatlah cocok.

“Itu Aluna yang dulu gendut itu kan? Wah, sekarang udah langsing ya? Insecure parah sih.” Ucap
seorang siswi yang melihat Aluna memasuki area pesta.

Ya, itu Aluna, dan di samping nya tak lain tak bukan Haikal. Meski sudah menjadi alumni, Haikal
dengan senang hati datang untuk memenuhi undangan pesta itu.

“Ndut, kamu jadi pusat perhatian nih.” Ucap Haikal berbisik. Aluna yang mendengar Haikal memanggilnya dengan sebutan Ndut mengerutkan kening nya kesal. Meski kini Aluna sudah kurus,
tetapi bagi Haikal ia masih tetapnya Ndutnya.
“Mereka ngapain sih liatin aku kaya gitu? Aku ada yang aneh ya Kal? Atau Make up ku ketebelan?
Astagaa, ini kerjaan bunda nih, ketebelan ngasih bedak nya.” Ucap Aluna panik. Haikal menghela
nafas. Sahabatnya ini polos atau bodoh sih?! Jelas-jelas dia ini jadi pusat perhatian karena malam ini
terlihat sangat cantik. Hadeuhhh.

“Ck, Luna Luna, kamu itu cantik banget, makanya mereka natap kamu kaya gitu! Gimana sih, malah
bilang Make up nya ketebelan.” Ucap Haikal jengah. Aluna hanya menyengir untuk merespon.
Acara pun di mulai, sambutan sambutan dari kepala sekolah hingga guru-guru yang berwewenang
pun di ucapkan. 

“Baik, terimakasih untuk Bapak kepala yang telah dengan hormat memberi ucapan sambutan. Akhir￾akhir ini sedang heboh sekali ya tentang kabar salah satu siswi di sekolah ini yang mendapat julukan

‘Princess dadakan’. Kalian pasti tau kan siapa orang nya? Tau kan? Tau kann? Aku mau orang ini
maju untuk memberikan motivasi dan sedikit pesan untuk teman-teman sekalian di sini. Aluna
Maura Syifanita untuk maju ke atas panggung.” Ucap sang pembawa acara.

Aluna yang kaget karna nmanya di sebut hanya mengerjap, setelah mendapat senggolan dari
sahabatnya itu, ia segera maju ke atas panggung. Rasa gugup masih melanda, ia bingung harus
mengucapkan apa.

“Halo. Nama aku Aluna, kerap kali di panggil Luna, atau Alu, haha. Aku bingung sebenernya mau
ngomong apa, jujur. Pertama-tama terimakasih untuk teman-teman yang sudah memberi semangat
untuk saya sehingga Aluna yang saat ini ada depan kalian bisa ada. Jujur, cukup sulit untuk aku yang
saat ini ada di hadapan kalian. Tapi dengan tekad yang kuat, dan keyakinan aku, bisa sampai kaya
gini. Percayalah, untuk bisa sampai menuju pelangi, kita harus dulu melewati hujan dan badai yang
cukup besar. Karna usaha yang sungguh-sungguh akan membuahkan hasil yang memuaskan. Seperti
yang di katakan pepatah, Usaha tidak akan mengkhianati hasil, begitu pula yang aku dapati setelah berusaha dengan sungguh. Jadi untuk kalian yang masih berjuang, tetaplah semangat dan kuatkan tekad kalian. Terimakasih. “ Ucap Aluna panjang lebar. Tanpa ia sadari,sendari tadi ada mata yang terus menatapnya tanpa berkedip.

‘Benar juga kata orang-orang, karma tidak akan lupa mana jalan pulang nya. Dan aku dapat, karma
tidak lupa mana orang yang harus mendapatkannya. Aku malu untuk harus menampakkan hanya
batang hidungku saja, semoga kamu selalu bahagia, dan maaf untuk segala yang sudah kulakukan
waktu dulu’ Batinnya masih menatap Aluna. 

......................................................................................

Penyesalan memang datang di akhir, itulah mengapa kita harus berfikir sebelum bertindak. Kita
kadang langsung berfikir sebelum melakukannya.
Di dunia ini, kita hidup dengan alur dan takdir yang tentu berbeda-beda. Semua manusia memang
berhak bagaia, tetapi kadang kita juga harus berusaha. Apapun yang Tuhan berikan, harus kita
syukuri, kurangi insecure, perbanyak bersyukur.
Sekian dan terimakasih. 


___________________________________________________

Nama : Dwi Zulfa Novita Sari
TTL : Kebumen, 16 November 2007
Asal : Gombong, Jawa tengah
Institusi : MAN 4 Kebumen

Posting Komentar

0 Komentar